Sunday 20 March 2011

4 Oktober


       Hana pulang telat hari itu. Namun ia tidak dimarahi oleh Ibunya karena Ia pulang bersama Indah. Indah akan menginap di rumah Hana selama week end itu. Mereka langsung menuju ke kamar Hana yang berada di lantai atas. Hana menuju ke tempat belajarnya, menggeletakkan tasnya di samping kursi dan duduk menyamping dengan gaya cewek. Sedangkan Indah langsung terhampar di kasur karena lelah setelah seharian cuci mata di mall dekat sekolah.

       Mereka masih mengenakan seragam dan tidak lekas ganti baju. Mereka malah ngomongin tentang hal-hal yang biasa dibicarakan cewek, yaitu cowok. Indah lebih bersemangat dalam hal ini.
       “Aduh… Gila, cowok yang tadi pas-pasan sama kita di mall keren banget!!” ujarnya.
       ”Yang mana ya?” Hana mengernyit, melihat Indah dengan pandangan lemah. Hana tidak terlalu memikirkan soal cowok. Dia hanya pura-pura semangat saja supaya pembicaraannya lebih menarik.
       ”Yang tadi.... Yang baju putih...”
       ”Ohh.. Iya, iya...” Hana mengingat-ingat lagi. ”Yahh... Lumayan.” Ujarnya memberi pendapat.
       ”Dia tuh tadi ngelirik ke gua... Aduhh... Seneng banget guee...” Indah berapi-api.
      Hana terdiam sejenak. ”Kenapa mesti seneng? Dia kan cuma ngelirik?” Tanyanya sambil mengangkat tangannya heran.
       ”Ah, pokoknya gue seneng!” Indah tidak peduli.
       Hana membalikkan badannya untuk menyalakan komputer. ”Gue rasa cowok-cowok di sekolah kita banyak yang lebih keren.” Ujarnya tanpa melihat ke Indah. Ia tidak peduli jika Indah mau jungkir balik di kasurnya karena senangnya, atau mulai meloncat-loncat di kasurnya.
       Indah memang tidak peduli akan komentar Hana, karena ia tahu Hana tidak tertarik. Yang penting dia bisa menikmati perasaan itu. Tapi tiba-tiba ia ter-ngeh oleh ucapan Hana yang terakhir. ”Emmm... Maksudnya siapa tuh...??” Tanyanya penuh rasa penasaran.
       ”Yah... Siapa lah... Banyak kan...” Hana menjawab dengan tidak mengindahkan perkataan Indah. Ia hanya menunggu loading komputer sampai ke desktop.
       ”Siapa tuh yang dimaksud??”  Indah senyam senyum menggodanya.
        ”Gue gak perlu kasi tau, lu udah tau kan?”
       Indah menggeleng sambil cengar cengir. ”Faris?” Ia mencoba menebak.
       ”Euh,” Jawab Hana singkat, seperti merasa jijik.
       Hana mengetik site facebook pada address bar. Ia kemudian log in ke facebooknya. Dilihatnya beberapa informasi terbaru dari teman-temannya. Dan dia melihat kalau Bintang Priyoga sudah mengkonfirmnya.
       Baru beberapa saat Ia Online, Bintang Priyoga itu menyapanya lewat chat, dengan ucapan ’hey’ singkat. Hana bingung harus menjawab apa. Ia menoleh ke Indah untuk berkonsultasi.
       ”Hey, dia udah konfirm gue. Dia lagi online sekarang, dan dia nyapa gue, gue harus gimana?”
       Indah mengangkat bahu, ”Ya.. Bales.” jawabnya singkat. Dia heran sama tingkah Hana, begitu aja ditanyain. Pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. Tapi dia baru 'ngeh'. Siapa yang dimaksud Hana ’dia’??
       Indah mengintip ke layar komputernya, dan berkata, ”Ohhh..... Jadi ini orangnya.... Jadi ’dia’ cowoknya...?” Tanyanya dengan nada menyindir.
       ”Apaan sih?” Tanya Hana dengan cuek.
       ”Yang lo maksud cakep tadi...”
       “Bukan!!” Hana langsung panik.
       “Jadi, itu pangeran lo....”
       Hana menggeleng-geleng, ”Lo ngomong apa sih ndah.”
       ”Cyeee... Jadi itu... Bintang Priyoga.” Indah terus menggodanya. Badannya tergeletak pada kasur dengan sangat nyaman. Lama kelamaan suaranya pun tidak terdengar lagi.
       Karena Indah sudah tenang, Hana jadi bisa lebih fokus berpikir, kemudian ia mengetik, dengan bahasa internet.
       hey
       thx ud d konfirm^^
       Bintang membalasnya.
       sama2^^
       Basa basi itu terus mengalir cukup lama, sampai Hana teringat akan suatu hal. Ia kemudian mengetikkan.
       Hana :Ada yg pgn gw omongin.
       Bintang : Apa?
       Hana : bsok aj gmn?
       Bintang : yawda
       Bintang : d skul?
           Hana : yap
        Bintang : ok d,
       Hana : c u
       Hana tersenyum-senyum sendiri seperti baru mendapatkan hadiah. Ia Kemudian memutar bangkunya dan dilihatnya sesosok tubuh yang sudah mencodongkan badannya sejak tadi.
       “Kenapa gak tulis ‘muach’ aja sekalian?”
       Hana hampir jatuh dari bangkunya saking kagetnya. ”Lo ngintip!!”
       Indah cengegesan. Gadis berkuncir itu memang sama isengnya seperti Onay. Dia mengetahui segala informasi mengenai cowok satu sekolahan. Karena bergaul sama dia lah Hana jadi tahu banyak soal cowok. ”Apa yang mau lo omongin? Lo gak mau nembak kan?”
       “Apa sih!! Lo tuh ngagetin gue aja. Kirain lagi tidur!!”
       Dia tertawa. Ia semakin penasaran dengan Hana, dan dia mengambil buku harian Hana yang ada di atas mejanya. Hana mengejarnya ke atas tempat tidur dan menariknya jatuh. Mereka hampir seperti orang tindih-tindihan demi mendapatkan buku  itu. Dan anehnya Indah masih bisa tertawa walau badannya ditindih Hana dan kuncirnya dijambak. Pekelahian mereka pun selesai karena suara Ibunya Hana yang memanggil mereka untuk mandi dan makan malam.
 ®

0 comments:

Post a Comment