Sunday 20 March 2011

5 Oktober

                    Mereka merapat di aula dance, duduk-duduk di lantai dengan tenangnya sambil mendengarkan ceramah atau lebih tepatnya cemoohan dari instruktur mereka, Sarah. Mereka seolah seperti pengumpulan dari seluruh cewek-cewek cantik yang ada di sekolah. Hanya sedikit anak-anak yang masuk hari itu, karena itu adalah hari Sabtu. Hanya beberapa anak saja yang ikut ekstra kurikuler dance, seperti Hana, Indah, Sera, dan 5 orang lainnya yang berkumpul di aula pagi itu.

       Di lapangan terlihat beberapa siswa laki-laki sedang bermain futsal, setengahnya mereka harus berbagi lapangan dengan anak lainnya yang bermain basket, di lapangan basket tentunya. Tidak, sebenarnya lapangan mereka berbeda. Jarak antara lapangan basket dan futsal terpisahkan oleh gawang futsal. Dan Onay terlihat disana, karena ia mengikuti klub basket. Dan di lantai dua adalah sisanya, siswa-siswa yang mengikuti bimbingan belajar, dan anak-anak OSIS yang sok sibuk. Ekstra kurikuler yang lain, tidak memiliki jadwal di hari itu. Sehingga hanya 3 club itu saja yang kelihatan aktif pagi itu. Walau sebenarnya, club dance sendiri terancam tidak akan eksis lagi di sekolah itu.
       Sarah adalah seorang koreografer lulusan seni tari dari salah satu Universitas di Jakarta. Penampilannya menarik dengan rambutnya yang lurus, dan diberi high-light kemerahan. Pengalamannya lumayan banyak, walau umurnya dengan anak-anak didiknya hanya terpaut beberapa tahun.
       Hana duduk dengan manis di lantai aula berdekatan dengan Indah. Sera duduk agak jauh darinya. Ia bersama anggota lain, cewek blasteran inggris yang cool, yaitu Vhia; dan juga Pipin, gadis manis yang cukup tinggi.
       Kak Sarah mondar mandir di depan mereka tanpa mengatakan apapun. Anak-anak itu diam memperhatikan tingkahnya. Sepatu ketsnya agak terlalu pendek, sehingga celana trainingnya terlihat ngatung. Ia memakai kaos kuning dan celana training ketat berwarna hitam, berkeringat, capek, dan bertampang kusut. Entah apa yang ingin dia katakan. Dia bilang bahwa dia ingin mendiskusikan kepada semua anggota, namun sampai sekarang ia belum mengatakannya.
       Hana cemas, mengkhawatirkan performancenya hari ini. Tapi ia merasa tidak terlalu buruk. Begitu juga dengan Indah, menduga-duga apa yang ingin disampaikannya. Baru kemudian Sarah mengatakannya dengan lantang.
       ”Saya disini, bukan untuk marahin kalian..” Ujarnya. ”Tapi Saya mengumpulkan kalian karena ingin menyampaikan satu hal. Saya kuatir club dance kita gak akan bertahan lama.”
       Semua anggota berdesas desus setelah mendengar ucapan darinya. Sarah mencoba menenangkan mereka.
       ”Maksudnya Kak?” Tanya Indah minta penjelasan lebih.
       ”Kemungkinan club kita bakal dibubarkan.”
       ”HAH?!” Sebagian dari mereka terkejut.
       Hana tersenyum kecut dan menunduk, menandakan perasaan kecewanya. Sebagian dari mereka tampak terkejut sekali mendengar informasi itu kecuali Sera. Sera hanya memainkan rambutnya yang halus, tapi ia menatap Sarah dengan pandangan tajam.
       Hana tahu dia kecewa. Kecewa sekali. Karena Ia sangat memimpikan untuk tampil di pentas sekolah, atau kompetisi melawan sekolah-sekolah lain. Ia tak merasa bahwa klub ini pantas dibubarkan. ”Kak, Kenapa bisa begitu?” Tanyanya dengan nada suara terdengar kecewa.
       ”Kepala Sekolah kalian yang minta. Pak Sofyan bilang kalau club kita ini gak akan eksis. Kita gak.. Kita gak bisa nunjukin keberadaan club kita." Ujarnya terbata-bata. "Kita gak ikut kompetisi apa-apa. Coba lihat sendiri. Ada berapa anggota yang kita punya? Cuma kalian. Itu pun kalau kalian masuk semua." Ketusnya.
       Indah menunduk, mendengar sindirannya.
       "Anak OSIS juga udah ngajuin usulan supaya aula ini lebih baik dipakai untuk klub musik. Alat-alat musik mereka akan segera dipindahkan sebentar lagi." Jelasnya. "Kita gak bisa apa-apa lagi."
       ”Tapi Kak, masa Kak Sarah gak bisa mencegah mereka melakukan itu sih?” Tanya Pipin.
       ”Sorry pin, Saya disini kan gak punya hak. Saya baru beberapa bulan disini. Ya kan?
       Saya cuma bertugas mengajar kalian selagi saya bisa. Dan saya tidak diminta untuk mengajukan keberatan sama sekali. Saya juga tidak melihat kalian semangat, hanya pada saat ini aja kalian complain dan kecewa. Tapi kemarin-kemarin kalian gak pernah semangat latihan. Apa yang membuat kalian gak semangat latihan, hah?!” Tanyanya dengan nada tinggi. 
       Mereka hanya membisu, tidak tahu harus mengatakan apa.
       ”Apa sih yang bisa membuat kalian semangat?!” Tanyanya lagi dengan lebih keras lagi.
       Indah bergumam, ”cowok kali”, tanpa menatap ke arahnya. Hanya sebagian dari mereka yang mendengar, dan mereka tertawa kecil.
       Sarah bingung apa yang mesti ditertawakan mereka. ”Saya gak bisa melakukannya kalau kondisi club ini juga udah gak kondusif!” Ujarnya.
       Hana tiba-tiba menoleh ke arah Indah menatapnya. Ia seperti teringat sesuatu. Beberapa saat kemudian ia mengangkat tangannya.
       Sarah melihat ke arahnya, kemudia mengerti dan membiarkannya meng-excuse pembicaraannya.
       Hana berdiri dari tempatnya supaya lebih jelas. ”Kalau kondisinya kondusif, apa Kakak akan memperjuangkannya?” Tanyanya.
       Sarah mengeyit. ”Mungkin,” Jawabnya penuh keraguan. ”Nggak. Pasti!” Ia mengganti jawabannya dengan lebih yakin. ”Gimana mungkin club ini bisa kondusif lagi?” Tanyanya kepada Hana.
       ”Emm... Ya. Aku ada ide.” Ujarnya. Sarah mencermatinya. “Gini aja... gimana kalo.... Aku akan merekrut anggota-anggota dance baru. Ke semua angkatan, sampai ke adik-adik kelas yang baru masuk. Dan tidak hanya cewek aja.”
       Semua mencermatinya dan Sera menoleh ke arahnya seakan bertanya, ’Maksud lo?!’
       ”Kita juga bisa merekrut anggota-anggota cowok.” Tegas Hana merasa yakin. "Kalo kita mau."
       Mereka semua tertawa lebar. Dan seperti biasa, tawa Sera pasti paling kencang.
       ”Gimana mungkin ngerekrut anggota cowok, anggota cewek aja susah!” Seru Vhia.
       Walau Sarah terlihat serius, tapi ia tersenyum juga mendengarnya. Ia kemudian mengajukan pertanyaan sambil tersenyum kecil, ”Dan menurut kamu mereka mau bergabung?”
       ”Ya, aku yakin, aku bisa!” Jawabnya dengan sangat manis namun penuh keyakinan.
       ”Yeahhh... Cari yang KEREN ya!” Ujar Sera dengan nada menyindir sambil memain-mainkan rambutnya. Ucapannya itu mengundang tawa anak-anak yang lainnya.
        Hana menoleh ke Sera. ”Apa maksud lo Sera?” Tanyanya agak kesal.
        Sera mengeryit, “Hah? Ya, gak ada maksud apa-apa,” Ujarnya sambil memainkan bahu, “Maksud gue. Yaaa~… Cari yang keren. Emang ada maksud lain?” Tanyanya pada Via dan Pipin. Mereka menggeleng. “Masa, gitu aja gak ngerti si!” Ujarnya sambil tertawa dengan nada genit. Pandangannya tajam.
       Hana tampak kesal dengan tingkahnya yang seolah menantangnya untuk ribut.
       “Sensitif banget.” Sera menambahkan.
       Sarah melerainya.  ”Udah, udah,” ujarnya menenangkan. ”Gapapa. Itu kan masukkan,” Ia mengatakannya dengan menatap Sera, seolah kata-kata itu hanya ditujukan padanya. Namun Sera mengacuhkannya. ”Kakak tahu kalian semua berbakat. Tapi, apa yang bisa kita lakukan? Yaahh.. Pokoknya kita akan tetap latihan sampai hari itu tiba. Paham semuanya?”
       Latihan? Latihan buat apa?? Pikir Hana.
       Mereka mengangguk lemah.
       Sarah tersenyum lemah. ”Ya udah, ayo semuanya ke lapangan. Kita coba gerakan baru!” Serunya dengan nada penuh semangat.
       Dan mereka pun bergerak lesu.
 ®



          ”Hoi... Pasha!” Seru Bintang memanggil Pasha yang masih di dalam kelas sedang mengepakkan barang-barangnya ke dalam tas. Bintang mengadahkan badannya ke tembok beranda memandang ke arah bawah.

         ”Kenapa tang?” Pasha pun mengepakkan barang-barangnya sambil berjalan keluar kelas. Ia penasaran melihat Bintang yang begitu bersemangat.
       ”Lihat tuh, si Onay!” Serunya.
       ”Hahaha.. Ke bawah yuk!” Seru Pasha. Setelah melihat Onay bermain basket sendirian di lapangan, mereka berdua langsung berlari ke arah tangga seperti orang kejar-kejaran.
       ”Heh, Onay!” Panggil Pasha ketika sampai di bawah.
       ”Main sendirian aja lo!” Seru Bintang. Onay cuma melihat sebentar ke arahnya, kemudian menshot bola itu sendirian karena latihannya sudah selesai.
        Onay tersenyum. ”Ngapain lo kesini,” ujarnya sambil tetap cuek mendrible bola. "Ya les, kita mah anak pintar!" Pasha mengejarnya dan merebut bola itu dengan mudah. Onay tercengang. 
      "Hahaha!! Yang kayak gini nih anak basket?" Cemoh Pasha.
      "Anjing." Onay sudah mulai kesal. Ia berusaha mengejar dan merebutnya kembali. Sebelum bola itu berhasil direbutnya, Pasha mengopernya ke Bintang. Dan Bintang pun langsung memasukkannya ke ring.
        Pasha tertawa kencang. ”Hahaha!! Masa anak basket kalah ama Bintang!” Ia tampak gembira sekali mengalahkan 'si anak basket'.
       Onay tersenyum sinis. ”Huh, sengaja gw.”
       ”Hahaha. Gak ada alesan.” Ujar Pasha girang. Tawanya tiba-tiba berhenti setelah ia melihat sekumpulan cewek dance sedang latihan di lapangan di belakang mereka. Ia merangkul bahu Bintang yang mendrible bola sendirian di dekatnya. Ia berbisik kepada Bintang. “Ssstt. Liat tang, cewek-cewek dance lagi latian.”
        Bintang menoleh sebentar, kemudian berbalik lagi. “Ahhh…” Bintang meraung dari menjauhkan tangan Pasha dari pundaknya, malas untuk menanggapi.
       “Ah, Bintang gak asik nih.”
       “Kenapa, Sha?” Tanya Onay sambil ngos-ngosan.
       Pasha hanya menunjuk dengan mukanya. Onay belum mengerti. Pasha pun menggerakan mukanya berulang-ulang ke arah belakang seperti orang ayan. Onay mendekatinya dan melihat. Ia hanya nyengir, ”Ck ck...”
       Pasha tertawa kecil. ”Menurut lo siapa yang paling hot?”
       ”Ha? Em..” Dia berpikir sejenak.
       ”Hana emang yang paling hot...” Komentar Pasha lebih dulu. Mendengar itu, Bintang jadi menoleh dan ikut-ikutan mengamati cewek-cewek club dance itu.
       ”Nggak. Nggak. Sera tetep yang paling hot.” Onay berkomentar.
       ”Nggak.” Pasha masih kukuh pada pendiriannya. Begitu juga dengan Onay.
       ”Ya udah,” Onay menyerah. Dia kemudian memanggil Bintang. ”Siapa menurut lo yang paling hot, Bintang?” 
       Bintang melihat Onay, berpikir kenapa harus dia yang ditanya. Tak lama Ia kemudian menjawab, ”Sera.”
       ”Tu kaaannn... Bintang aja tahu, payah loe.” Onay tampak senang mendengarnya.
        Pasha merengut, heran mengapa pilihan kedua temannya itu tidak sama.
        Hana menoleh ke arah mereka, menyadari kalau dirinya diperhatikan. Bintang langsung pura-pura kembali ke bolanya dan menshoot bola itu ke ring, namun gagal. Onay memperhatikan tingkah Bintang.
       ”Pulang, yok.” pinta Onay kepada mereka. Ia mengambil tas olahraganya dan melap wajahnya dengan handuk.
       ”Ya udah, yuk. Kita maen CF!!” Seru Pasha bersemangat.
       “Gw mo maen audition.” Bintang menyaut.
       ‘’Mainan apaan tuh?’’ Tanya Onay. Dia duduk di tepi lapangan, mengguyur wajahnya dengan air dari botol minum.
       “Dance, dance,” Pasha menjawab.
       “Apa enaknya sih main game simulasi dance?” Tanya Onay.
       ‘’Gerakannya keren-keren, cing! Loe harus coba !!’’ Jawab Bintang promosi.
       ‘’Yawda yuk, kita pergi aja!! Gak usah kelamaan bacot.” Pasha menarik tangan mereka berdua.
       ”Eh, tapi...” Bintang seperti teringat sesuatu. Dia menoleh ke tempat cewek-cewek dance itu berkumpul tadi. Tapi mereka sudah tidak ada. Sepertinya anak-anak dance itu sudah pulang.
       ”Kenapa? Loe ada janji?” Tanya Pasha.
       ”Ah, nggak.”
       Pasha pun menarik mereka ke parkiran. Dan mereka keluar sekolah dengan berisik sekali.
 ®
     
       Perjalanan pulang sekolah itu terasa begitu sumpek bagi Indah. Bagaimana nggak, sejak tadi dia berjalan keluar sekolah, dia harus menghadapi sikap Hana yang dingin. Mereka jalan berdua, dan baru beberapa meter dari pagar sekolah. Akhirnya Indah menanyakan ke temannya yang berwajah cemberut itu sejak tadi.
       ”Kenapa sih, Han?” Tanyanya lembut.
       ”Gue kesel banget sama Sera!” Ceritanya dengan nada kesal. Pipinya jadi terlihat semakin tembem karena cemberut.
       ”Ya udah, biarin aja...” Indah coba menenangkannya. Mereka terus berjalan dengan tenang. Dan Indah harus bersabar menghadapi temannya satu itu sampai rumah nanti. ”Lagian kenapa sih? Apa yang salah...”
       ”Gue gak suka! Dia tuh seakan-akan nyindir gue, kalo gue bisa ngerayu cowok mana pun. Bukan itu maksud gue! Dan gue gak ada maksud...”
       Indah tersenyum lemah. ’Hihi. Pertempuran dua cewek populer nih...’ pikirnya. Dia berusaha menemukan kata-kata yang paling tepat untuk membuat temannya satu itu terhibur.
       ”Ya udah lah... Sera kan emang begitu...”
        Hana tetap memasang muka masam. Ia melihat kedua motor yang melewati mereka. Motor itu adalah motor Pasha dan Onay. Bintang duduk di belakang Pasha. Mereka benar-benar bukan contoh pengguna lalu lintas yang baik. Pasha dan Onay melaju cukup kencang, namun mereka berhimpit berdampingan sambil tertawa-tawa.
      Melihat Bintang, Hana teringat akan janjinya. ”Aduh...”
        ”Kenapa Han?” Tanya Indah.
        Ia tiba-tiba melihat lagi ke arah mereka bertiga: Pasha, Bintang dan Onay. Dan lagi-lagi ia bergumam tidak jelas, ”Eh...”
       ”Kenapa sih??” Indah terheran-heran dengan sikap Hana.
       Hana menggeleng pelan. ”Nggak... Gue nemu ide.” Ia tiba-tiba berjalan agak cepat.
       ”Ide apa?” Indah mengejarnya.
       ”Yang tadi.”
       ”Apa?”
       ”Merekrut anggota baru.”
       ”Anggota laki-laki?!” Tanya Indah masih tidak percaya.
       Hana tersenyum dan mengangguk.
       Indah ternganga. ”Lu serius?”
       "Ya".
     Indah terdiam seribu bahasa. Ia masih tidak percaya, menganggap omongan Hana cuma candaan sesaat. Bagaimana mungkin buatnya melihat anak-anak cowok di sekolahnya yang kayak gitu bakal tertarik untuk masuk kelas dance. "Kalo lu... bener-bener bisa..." ujarnya pelan. "Lu bener-bener penakluk pria Han.." Sambungnya.
       Hana tetap berjalan lebih cepat dari Indah. Tanpa mempedulikan ucapan terakhir temannya itu. Indah pun berhenti mengejarnya. Ia menganggap temannya itu sudah tidak waras lagi. Ide Hana itu hanyalah ide gila yang tidak mungkin terwujud!
®

       Malam minggu itu malam yang sepi buat Hana. Dia bermain komputernya di kamar, membuka account facebooknya, mencari-cari sesuatu. Dan sebenarnya, dia sedang menunggu seseorang. Dia melihat ke belakang. Indah sedang tertidur pulas di kasurnya, jadi dia bisa lebih tenang karena tidak ada yang mengintip kali ini.
       Wajahnya tampak sangat jenuh. Dia meletakkan kepalanya pada telapak tangan kirinya, dan tangan yang lainnya memainkan mouse. Dan akhirnya orang yang ia tunggu-tunggu online juga. Dia melihat daftar teman chatnya, disitulah dia melihat Bintang Priyoga. Ia langsung menyapa.
Hana : alow..
Bintang : ^^
Hana : maav td gk jdii ketemu
 Bintang : iyaa
Hana : gw lupa ~.~
 Bintang : hahaha
Bintang : td aku liat km latian
Hana : he?
Hana : ia” soriii...
 Hana : ~.~
Bintang : gpp^^
Hana : ad Indah nii d rumah
Bintang : Indah?
Hana : tmn sklas
 Hana : untung dy gy bbu”
Hana : jdii gk rese’
 Bintang : wkwkwk
Bintang : masi muda da ska lupa
Hana : ~.~
Bintang : =p
Hana : sori.. gw gy ad msalah,
Bintang : knp?
 Hana : club dance bkalan bubar,
Bintang : wduh?!
Hana : hikz…………..
 Bintang : cup”…
Hana : bsok snin ktemu yachh,
Bintang : eh dah dlu ya,
Bintang : ok“
 Hana : knp?
Bintang : ade aku manggil,
Hana : tha”
Bintang : bye.
        Hana tersenyum seperti merencanakan sesuatu. Begitu Bintang off, dia juga langsung me-log out accountnya. Ia mematikan komputernya dan langsung loncat ke tempat tidur. Ia menindih kepala Indah yang sedang tidur pulas, dan Indah meraung kesakitan. Hana menertawakannya.
     Ia membisikkan sesuatu. "Hah? Siapa bilang gw gila, hah?" Ujarnya tidak jelas ke kuping Indah. Ia lalu mencium kepala temannya itu seperti ucapan selamat tidur yang biasa dilakukan seorang ibu ke anaknya yang masih kecil. Ia kemudian berbaring di sebelah Indah, menarik selimut, setelah itu mematikan lampu tidur di sampingnya. Dan tertidur pulas…
®

2 comments:

Andi said...

nice story,,, gak nyangka bima bisa bikin cerpen kayak gini :)

Unknown said...

Where to Bet on Sports To Bet On Sports In Illinois
The best sports www.jtmhub.com bet types and bonuses available in Illinois. The most poormansguidetocasinogambling common sports betting options 1xbet 먹튀 available. 토토 사이트 모음 Bet $20, Win $150, Win $100 titanium earrings or

Post a Comment